Cloning dan Migration pada Proxmox

Cloning dan Migration pada Proxmox

Proxmox VE adalah platform virtualisasi yang banyak digunakan karena fleksibel, stabil, dan mudah dikembangkan. Dua fitur penting dalam pengelolaan VM dan container di Proxmox adalah cloning dan migration. Keduanya membantu administrator memindahkan, menggandakan, dan mengatur mesin virtual secara efisien. Artikel ini membahas cara konfigurasi, penggunaan, serta apa yang sebenarnya terjadi ketika Anda melakukan cloning atau migration pada sebuah VM atau container.

 

         Memahami Konsep Cloning dan Migration

 

a.     Apa itu Cloning di Proxmox

Cloning adalah proses membuat salinan lengkap dari sebuah VM atau container. Salinan ini dapat digunakan sebagai mesin baru dengan konfigurasi yang sama, namun memiliki identitas berbeda. Proxmox menyediakan dua jenis clone:

·         Full Clone: Salinan penuh dari seluruh disk dan konfigurasi. Berdiri sendiri dan tidak bergantung pada mesin asal.

·         Linked Clone: Salinan yang berbagi data dengan mesin asal sehingga ukuran disk tidak membengkak. Namun, hanya dapat digunakan pada jenis storage tertentu yang mendukung snapshot.

 

b.     Apa itu Migration di Proxmox

Migration adalah proses memindahkan VM atau container dari satu node ke node lain dalam cluster. Migrasi dapat dilakukan tanpa menghentikan VM (live migration), atau dengan menghentikan VM terlebih dahulu (offline migration). Migration sangat berguna untuk menjaga fleksibilitas dan ketersediaan layanan dalam cluster.

 

         Persiapan dan Konfigurasi Dasar

 

a.     Konfigurasi Cluster di Proxmox

Untuk menggunakan fitur migration di Proxmox, Anda harus memiliki setidaknya 2 node dalam 1 cluster. Anda dapat membuat cluster melalui Web GUI dengan:

1.      Buka Datacenter -> Cluster

2.      Klik pada Create Cluster

3.      Akan muncul pop-up seperti pada gambar dibawah. Sesuaikan dengan kebutuhan.

         Pengaturan Storage untuk Cloning dan Migration

Storage berperan besar dalam keberhasilan proses cloning dan migration.

·         Storage lokal (seperti directory atau LVM) mendukung cloning penuh, namun migration membutuhkan pemindahan disk yang lebih lama.

·         Shared storage (seperti Ceph, NFS, atau iSCSI) memungkinkan live migration berjalan lebih cepat karena node lain dapat membaca disk yang sama.

·         Penggunaan LVM-Thin atau ZFS memudahkan pembuatan snapshot sehingga linked clone dapat digunakan.

         Menggunakan Fitur Cloning

 

a.     Cara Melakukan Cloning

Cloning dapat dilakukan melalui Web UI Proxmox dengan cara:

1.      Klik kanan pada VM atau CT yang akan dikloning.

2.      Klik opsi Clone.

3.      Akan muncul pop-up, isi informasi berikut:

·         Target node: Node yang akan diberi clone* (misalnya pvz).

·         VM ID: ID untuk VM yang di clone (misalnya 101).

·         Name: Nama VM yang di clone.

·         Target storage: Storage dalam node yang digunakan untuk menyimpan hasil clone (misalnya local-lvm).

4.      Klik Clone untuk memulai proses cloning.

*Untuk cloning antar node, diperlukan Shared Storage.

 

b.     Kapan Cloning Digunakan

Cloning umumnya dipakai untuk:

·         Membuat VM template untuk proses deploy cepat.

·         Menggandakan lingkungan pengujian tanpa mengubah mesin asli.

·         Menyalin VM sebelum melakukan konfigurasi besar sebagai langkah berjaga-jaga.

 

         Menggunakan Fitur Migration

a.     Cara Melakukan Migration

Migration dapat dilakukan melalui Web UI dengan:

1.      Klik kanan pada VM atau CT yang akan di migrate.

2.      Pilih opsi Migrate.

3.      Akan muncul pop-up, isi informasi berikut:

·         Target node: pilih node yang akan menjadi lokasi migrate (misalnya pvx).

·         Pada Mode akan tertulis Offline jika VM sedang mati, dan Online saat VM sedang menyala.

4.      Klik pada Migrate untuk memulai proses.

Jika shared storage tidak tersedia, Proxmox akan melakukan migration dengan memindahkan file disk secara penuh, yang tentunya lebih lama.

b.     Kapan Migration Digunakan

Migration digunakan untuk:

·         Memindahkan beban kerja antar node.

·         Melakukan maintenance pada node tertentu tanpa downtime panjang.

·         Memindahkan VM ke node dengan spesifikasi hardware yang lebih sesuai.

·         Pemulihan darurat ketika Node mengalami masalah.

 

         Perbandingan Cloning dan Migration

 

a.     Perbedaan Tujuan dan Fungsi Utama

Meski sama-sama berhubungan dengan pemindahan atau pengelolaan VM, cloning dan migration sebenarnya melayani kebutuhan yang sangat berbeda.

·        Cloning

Cloning bertujuan untuk membuat mesin baru dengan kondisi yang sama seperti mesin sumber. Hasil cloning dianggap sebagai VM atau CT yang benar-benar terpisah dan berdiri sendiri, sehingga:

·         Perubahan pada mesin clone tidak mempengaruhi mesin sumber.

·         Anda dapat memperbanyak konfigurasi yang sama untuk banyak keperluan, misalnya pembuatan template, deployment masal, atau pengujian.

·         Setiap clone memiliki VMID, MAC address, disk, dan metadata yang berbeda dari mesin asal.

·         Dengan kata lain, cloning cocok ketika Anda ingin menciptakan duplikat, bukan memindahkan mesin.

 

·        Migration

Migration digunakan untuk memindahkan VM yang sama dari satu node ke node lain, bukan membuat salinan. Tujuan utamanya adalah:

·         Menyeimbangkan beban kerja antar node.

·         Memindahkan VM untuk maintenance tanpa downtime (live migration).

·         Menghindari node yang bermasalah agar layanan tetap berjalan.

·         Migration tidak menghasilkan VM baru. Setelah proses selesai, hanya ada satu mesin, namun lokasinya berpindah ke node tujuan.

 

b.    Perbedaan Dampak pada Sistem

 

·        Dampak dari Cloning

Karena cloning menghasilkan mesin baru, cloning memiliki konsekuensi sebagai berikut:

·         Penggunaan storage bertambah, terutama jika menggunakan Full Clone yang membuat salinan penuh disk.

·         Waktu proses cloning bergantung pada ukuran disk, jenis storage, dan apakah storage mendukung snapshot.

·         Cluster tidak perlu mengalokasikan resource tambahan kecuali disk, karena clone biasanya masih dalam keadaan mati setelah dibuat.

·         Jika menggunakan Linked Clone, operasi lebih cepat namun bergantung pada disk asal sehingga ada ketergantungan jangka panjang.

Secara keseluruhan, cloning berdampak pada penyimpanan dan bukan pada jaringan antar node.

 

·        Dampak dari Migration

Migration memindahkan VM yang sedang berjalan atau yang sedang dimatikan. Dampaknya:

·         Menghabiskan bandwidth jaringan antar node, terutama pada live migration yang mengirim data memori secara real-time.

·         Memerlukan stabilitas cluster karena node tujuan harus kompatibel dalam hal CPU, storage, dan konfigurasi.

·         Jika storage tidak shared, migration juga memindahkan disk fisik, yang jauh lebih berat dan memakan waktu.

·         Migration dapat memengaruhi performa VM sesaat, terutama ketika sinkronisasi memori dilakukan berulang kali sebelum final switch-over.

Dengan kata lain, migration lebih berdampak pada jaringan, kinerja cluster, dan konsistensi konfigurasi antar node.

 

         Kesimpulan

Cloning dan migration adalah fitur esensial dalam Proxmox untuk mendukung fleksibilitas dan efisiensi pengelolaan VM. Cloning memungkinkan Anda menggandakan mesin dengan cepat untuk berbagai kebutuhan seperti pengujian atau deployment masal, sementara migration memastikan VM dapat dipindahkan antar node tanpa mengganggu layanan. Keduanya berjalan optimal ketika storage dan jaringan dikonfigurasi dengan benar. Dengan memahami cara kerja masing-masing, Anda dapat memaksimalkan kinerja cluster Proxmox dan menjaga operasional tetap stabil.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *